Pengertian dan Tujuan Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif (dari bahasa Latin”palliare,”untuk jubah) adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan.

Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

Definisi Perawatan palliative telah mengalami beberapa evolusi. menurut WHO pada 1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas Perawatan Paliatif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap pengobatankuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisiPerawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.

Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.

Maka timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesilain yang diperlukan. Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

  • Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal
  • Tidak mempercepat atau menunda kematian.
  • Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
  • Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
  • Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
  • Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

 

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

 

Perawatan Paliatif dan Kanker stadium lanjut

Perawatan paliatif idealnya dapat menjangkau semua pasien yang memerlukan bantuan tidak hanya bagi mereka yang mampu..

 

Kanker yang memasuki saat-saat terminal adalah kanker yang sudah dalam

tahap stadium lanjut yang artinya kondisi fisiknya sudah sangat buruk. Terdapat 4

stadium atau tahapan keganasan penyakit kanker, yaitu stadium I, II, III, dan IV.

Lebih jelasnya, tahapan kanker terbagi atas stadium IA, IB, dan IIA, yang disebut

dengan stadium kanker invasif dini, dan stadium IIB, stadium IIIA-IIIB, dan

stadium IVA-IVB atau stadium kanker invasif lanjut (Pencegahan Kanker, 20

Mei 2007). Dan pasien-pasien yang menjalani perawatan paliatif ialah pasien ber

stadium IV A – IV B atau stadium kanker invasif lanjut.

 

Setiap penderita kanker, mengalami suatu penderitaan yang dapat berkembang

menjadi penderitaan total, mencakup derita fisik, mental, sosial, kultural dan

spiritual. Derita total tersebut terjadi karena proses kumulatif dari rasa nyeri dan

keluhan fisik dan psikis lainnya, seperti mual, muntah, sesak, luka, tak nafsu

makan, berbagai prosedur diagnostik, tndakan terapi, rasa takut, marah, sepi,

khawatir, bosan, dan juga berbagai perasaan lain yang membuat penderita tidak merasa aman dan nyaman. Masalahnya adalah bagaimana kita dapat membantu penderita untuk

mengatasi penderitaannya, serta diselaraskan dengan kualitas hidup yang mampu

dilaksanakannya.

Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri, karena sifatnya sangat spesifik, dan bersifat abstrak, sulit diukur. Walaupun demikian, seorang

tenaga medis, bersama penderita yang dibantu oleh keluarga harus mampu

menyingkap, bagaimana kualitas hidup yang di inginkan oleh penderita dan

bagaimana cara meraih dan mencapainya.

 

Sebagai pedoman, Jennifer J Clinch dan Harvey Schipper memberikan 10 dimensi kualitas hidup yang mendekati

parameter untuk pengukuran objektif :

1) Kondisi fisik (gejala dan nyeri)

2) Kemampuan fungsional (aktifitas)

3) Kesejahteraan keluarga

4) Kesejahteraan emosi

5) Spiritual

6) Fungsi sosial

7) Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)

8) Orientasi masa depan (rencana dan harapan)

9) Seksualitas (termasuk “body image”)

10) Fungsi okupasi